Berita

Pada tanggal 30 Juli 2024, pengurus MIPAnet diterima oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof. Abdul Haris untuk melakukan dengar pendapat terkait masalah-masalah pendidikan di Indonesia. Pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih 1.5 jam ini sangat efektif membahas isu-isu strategis dalam perkembangan MIPA dalam proses pendidikan di Indonesia. Hadir dalam kesempatan ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) MIPAnet – Prof. Kuwat Triyana, Wakil Sekjen – Prof. Philipi de Rozari, Sekretaris – Prof. Budi Pratikno, Wakil Sekretaris – Prof. Hasniah Aliah, ketua bidang kerjasama pengabdian masyarakat – Prof. Ida Usman, dan tim website – Prof. Wahyu Tri Cahyanto.

Prof. Kuwat membuka diskusi dengan isu terkait Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi. MIPAnet mengusulkan IKU-PT supaya lebih diarahkan pada faktor dampak yang penting dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Hal ini dinilai lebih utama daripada beban angka-angka yang diberikan pada perguruan tinggi. Hal ini dirasakan oleh masing-masing perwakilan terhadap masalah keterbatasan dan perbedaan akses dari PT yang ada di Indonesia.

Selanjutnya, diskusi mengalir dari tanggapan Dirjen Dikti mulai dari masalah umum access discrepancy yang ada di Indonesia. Dikatakannya, Angka Partisipasi Kasar (APK) nasional saat ini 30%. Dikaitkan dengan bidang ke-MIPA-an, saat ini peminat sedikit namun militan. Di sini membuka peluang untuk peningkatan kualitas lulusan menjadi jauh lebih penting. Hal ini mengingat data lulusan sarjana yang mengagagur sudah menyentuh angka 11%.

Harapannya, Produk lulusan dan produk riset PT, khususnya ilmu-ilmu MIPA selayaknya relevan dengan kebutuhan masyarakat. Kurikulum berbasis outcome (OBK) dirancang untuk lebih mendengarkan kebutuhan masyarakat. Pola-pola pendidikan supaya dialihkan untuk tidak menyuapi mahasiswa dengan materi. Informasi sudah dapat dicari mahasiswa melalui perangkat yang sudah sangat mutakhir. Dosen harus mulai mengarahkan pengajaran melalui problem-problem riset.

Diskusi mengenai riset di MIPA selanjutnya berkembang pada keterbatasan akses alat. Di sini, perbedaan akses antar perguruan tinggi sangatlah terasa. Dirjen Dikti selanjutnya menghimbau untuk melakukan sharing fasilitas antar perguruan tinggi. Masih dijumpai alat yang rendah pemanfaatanya namun harganya mahal. MIPAnet dapat mempelopori pembuatan platform satu akses jejaring MIPAnet untuk terkait peralatan maupun kepakaran. Dengan demikian MIPA dapat maju bersama.

Salam MIPAnet.